Senin, 14 Januari 2013

MEMAKNAI LAGU OJO NGECE

MEMAKNAI LAGU OJO NGECE






                                          

Suatu kali saya mendengar sebuah lagu yang kebetulan saya belum pernah mendengarkannya. Ya, lagu itu dinyanyikan dengan mesra oleh sekumpulan pengamen jalanan dalam bus kota ketika saya menuju kampung halaman. Memang terkadang musisi jalanan menyanyikan lagu-lagu yang tujuannya baik dan menyadarkan pendengarnya dengan pesan-pesan yang mengalir. Itulah teladan musisi jalanan yang menurut saya keren dan ini adalah salah satu yang akan saya ceritakan di tulisan ini.
Judul lagu yang dibawakan adalah "Ojo Ngece" pada waktu itu. Dalam Bahasa Indonesia berarti "Jangan Menghina". Bagi yang paham Bahasa Jawa, sekilas jika mendengar kata tersebut maka sudah barang tentu berisi petuah yang mengajak pendengar untuk tidak saling mengejek/menghina. Nada yang dihasilkan dari lagu tersebut adalah pop-rap-JawaHipHop karena diiringi oleh suara alunan gitar, kencrung, dan tabung pipa yang bisa ditabuh.
Yang saya suka dari lagu ini yaitu keindahan liriknya yang ditulis dengan disisipi parikan Jawa (pantun Jawa). Berikut lirik dan penjelasan yang saya peroleh ketika mendengarkan lagu tersebut.
Ojo ngece karo wong ora nduwe
Rojo brono yen mati ora digowo
Bebasan urip mung mampir ngombe
Ngono kui jare bini sepuh kae
Bait ini mengandung maksud bahwa sebagai manusia yang memiliki rasa toleransi, janganlah menghina kepada orang yang tidak punya (serba kekurangan). Karena pada dasarnya keburukan/kejelekan seseorang itu ketika meninggal tidak akan dibawa sebagai amalan. Kita tentu tahu jika kehidupan di dunia hanya sementara, sedangkan di akhirat adalah kekal. Petuah tersebut seringkali kita dapati dari perkataan bijak orang tua kita, termasuk guru-guru kita. Maka dari itu, marilah kita bersama saling menghargai kepada semua orang, siapapun itu, seburuk apa pun mereka.

Numpak sepur asep'e metu nduwur
Tiwas ajur mumur yen awak ora diatur
Nek numpak motor asep'e metu ngisor
Urip neng alam ndonyo kudu sugih andhap asor
Bait ini mengajak kita untuk selalu menata diri, baik untuk diri sendiri maupun dalam pergaulan. Menata diri yang dimaksud adalah bisa menempatkan diri di mana pun kita berada. Ada saatnya kita menahan ego kita, tetapi ada juga saatnya kita melepas ego kita. Perasaan dan temperamen orang berbeda-beda, maka akan lebih baik jika kita saling pengertian (andhap asor). Ibaratnya jika kita ingin dihormati dan dimengerti orang lain, mulailah dari diri sendiri.

Nek numpak becak asepe metu tengah
Ojo ngguyu ngakak yen urip lagi kepenak
Nek numpak andong asep e metu bokong
Ojo banter-banter ngko mundak koyo grandong
Bait ini mengungkapkan makna kepada kita semua untuk tidak bersikap sombong ketika sedang mendapatkan kebahagiaan/nikmat. Berbagilah kepada mereka yang sedang ditimpa musibah/kekurangan. Janganlah menganggap remeh mereka yang memiliki keterbatasan. Bukankah kita hidup agar bisa diterima semua orang dan bukan jadi sosok yang ditakuti seperti 'grandong'?
Dadi wong ojo rumongso biso
Nanging uwong sing biso rumongso
Wong sik becik sing keno kebecikane
Mulo kui jarene simbahku dewe
Bait ini memberi pelajaran kepada kita sekalian bahwa jadilah manusia yang tidak sok tahu, tetapi berusaha untuk tahu sesuatu yang benar-benar tidak diketahui. Tentu seringkali kita mendapati kesan seseorang yang bertindak sok tahu, namun pada akhirnya dia membuat kesalahan yang fatal. Melihat itu semua, maka akan lebih baik jika kita bertindak baik dan jujur. Kebaikan dan kejujuran seseorang itulah yang akan membangun citra seseorang yang 'sok tahu' dan 'benar-benar tahu'.
Rujak nanas pantes'e wadahi gelas
Tiwas adem panas sik digagas ora waras
Nek rujak dondong pantese wadahi lodong
Ojo plenggang plenggong mengko mundak koyo grandong
Bait di atas mempunyai makna bahwa sebagai manusia yang bijak, janganlah kita plin plan dalam menilai suatu hal. Pikirkan baik-baik keputusan kita dengan memandang perasaan orang lain. Membuat orang lain tak enak hati bukanlah pilihan yang tepat jika kita masih benar-benar menggunakan akal sehat (waras). Orang yang plin plan disini diibaratkan seperti 'grandong' yang mempunyai penampilan serba tidak jelas.
nek rujak mayit lalapane rumah sakit
bingung golek duit ngurusi barang gejepit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar